pertarungan airin rachmi diany vs andre stinky taulani di mk 2010

pertarungan airin rachmi diany vs andre stinky taulani di mk 2010
airin rachmi diany melawan keputusan prof. dr. mahfud md dari mk, pertarungan airin rachmi diany vs andre stinky taulani di mk 2010

atut chosiyah, airin rachmi diany

atut chosiyah, airin rachmi diany
atut chosiyah, airin rachmi diany

Airin Rachmi Diany & Wawan Sochib, Duet Penjahat Banten Menang Sementara di Tangse

Airin Rachmi Diany & Wawan Sochib, Duet Penjahat Banten Menang Sementara di Tangse
Airin Rachmi Diany & Wawan Sochib, Duet Penjahat Banten Menang Sementara di Tangse

Interogasi_Ijazah_Palsu_Ratu_Atut_Chosiyah_di_Polda_Metro_Jaya,_2008

Interogasi_Ijazah_Palsu_Ratu_Atut_Chosiyah_di_Polda_Metro_Jaya,_2008
Interogasi_Ijazah_Palsu_Ratu_Atut_Chosiyah_di_Polda_Metro_Jaya,_2008

Minggu, 19 April 2009

Ratu Atut, Marissa Haque dan SBY-JK, 2009


Narsisnya Para Pejabat Publik Indonesia


Oleh Ratu Atut CHosiyah dan Ara Wiraswara - Bogor

Menurut Kamus Istilah Periklanan Indonesia (Nuradi, 1996:136), iklan layanan masyarakat (ILM), adalah jenis periklanan yang dilakukan oleh pemerintah, suatu organisasi komersial atau pun nonkomersial untuk mencapai tujuan sosial atau sosio-ekonomis terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam iklan jenis ini biasanya disajikan pesan-pesan sosial yang dimaksud untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah.

Tema-temanya pun disesuaikan dengan masalah nasional yang sedang aktual di tengah masyarakat
Sebut saja, ILM gerakan anti narkoba, subsidi listrik, hemat listrik, pemilu yang jujur dan adil, kebakaran hutan, bencana alam, kerukunan agama, ras dan suku, pelestarian lingkungan hidup, konservasi hutan, imunisasi nasional, membudayakan pengunaan helm dan sabuk pengaman, tertib lalulintas, dan lain sebagainya. Satu ciri lain yang cukup sangat menonjol dari ILM adalah kehadiran para pejabat publik. Dalam istilah saya, kehadiran pejabat publik dalam sebuah ILM bak telah menjadi sebuah syarat sah dalam ILM. Tanpa mereka, ILM seperti tidak layak untuk disampaikan di tengah masyarakat. Maka, setiap tayangan ILM muncul di TV, dipastikan akan ada tampilan wajah para pejabat publik. Pun saat setiap ILM diputar di radio, maka suara sang pejabat publik akan terdengar.

Hal yang sama akan terjadi saat ILM ada di media cetak, pamflet, spanduk, atau baliho. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai figur sentral di republik tentu saja acap kali muncul di setiap ILM. Tak terhitung berapa kali wajahnya termuat di koran, majalah, atau baliho ILM yang memuat program-program pemerintah. Satu contoh adalah kehadiran wajah presiden dengan senyum khasnya di berbagai materi publikasi Program Nasional Penanaman Madani. Tak hanya presiden. Para pembantunya, alias para menteri, tak kalah semangat mengikuti langkah sang bos. Menteri Kesehatan, Siti Fadillah Supari, tampaknya begitu antusias tampil dalam ILM yang mengetengahkan kegiatan departemen yang dipimpinnya. Bahkan Bu Menteri memiliki acara talk show sendiri di sebuah stasiun televisi dengan judul ‘Bincang-Bincang Dengan Bu Menkes’. Koleganya, Menteri Negara UKM yang juga Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali, melengkapi kehadiran beberapa komedian ternama dalam sebuah ILM program departemen yang dipimpinnya.

Pun demikian dengan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Adhiayaksa Dault atau Muthia Hatta, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dalam ILM tentang keterwakilan perempuan. Pemandangan serupa terlihat pula di daerah-daerah. Gubernur, Bupati, atau Walikota, seakan berlomba-lomba tampil di ruang publik. Jika anda sering berjalan-jalan ke beberapa daerah, maka anda dapat dipastikan akan melihat baliho, spanduk, atau papan reklame tentang program-program pemerintah daerah yang tentu saja dilengkapi wajah sang kepala daerah. Bahkan pada beberapa papan reklame atau spanduk, wajah sang kepala daerah lebih dominan daripada pesan-pesan yang akan disampaikan ILM tersebut. Saya pernah melihat papan reklame serupa itu di beberapa ruas jalan yang menghubungkan Kuningan dan Cirebon.

Reklame tersebut memiliki pesan tentang ajakan untuk membayar pajak bumi dan bangunan. Unik atau mungkin bisa dikatakan aneh, inti pesan ILM itu disampaikan dengan tulisan yang hampir terdesak dengan wajah Bupati Cirebon, Dedi Supriadi. Karena hampir tiga per empat papan reklame itu dipenuhi wajah sang bupati yang tentu saja tengah tersenyum. Mantan Gubernur Jawa Barat yang tengah mejadi pesakitan di KPK, Danny Setiawan, semasa menjabat juga dikenal sebagai gubernur yang teramat sering muncul di berbagai reklame ILM program-program pemerintah Provinsi Jawa Barat. Apapun jenis programnya, wajah sang gubernur dengan kumis tebal ini dipastikan akan muncul dalam dalam reklame ILMnya.

Makanya, dari Bogor, Subang, sampai Ciamis, wajah Danny ada di jalan-jalan protokol. Gubernur Banten, Ratu Atut Choisiyah, punya cerita serupa. Bahkan sebelum menjabat sebagai Gubernur Banten. Atut, panggilan akrabnya, yang saat itu masih menjabat sebagai Wakil Gubernur Banten dan Plt Gubernur Banten, memiliki ketertarikan yang luar biasa untuk tampil dalam spanduk, baliho, atau papan reklame ILM program Pemerintah Provinsi Banten. Jadilah wajahnya dengan make up bak selebritis muncul di hampir sudut Banren. ILM ajakan imunisasi massal, gerakan anti narkoba, atau gerakan gemar membaca, selalu menghadirkan wajah gubernur perempuan pertama di Indonesia ini. Bahkan di spanduk-spanduk ILM ajakan imunisasi massal pada tahun 2006 lalu, wajah Atut tampil sangat dominan. Tampilan wajahnya menghabiskan hampir seperempat spanduk ILM tersebut. Jadinya, spanduk ILM itu lebih terkesan sebagai spanduk kampanye daripada spanduk berisikan ajakan imunisasi massal.

Maklum saja, saat itu Atut telah membulatkan tekad menjadi orang nomor satu di Provinsi Banten. Ini pula yang biasanya dilakukan oleh para kepala daerah lain yang bersiap mengikuti kembali proses pemilihan kepala daerah. Para incumbent ini seringkali menggunakan ranah ILM untuk melakukan sosialisasi diri. Inilah yang bagi saya, menjadi titik rawan dan titik persoalan kehadiran ILM yang memunculkan para pejabat publik. Hal ini menjadi masalah karena ILM telah dapat dipastikan menggunakan biaya APBN atau APBD. Tentu saja, sangat tidak etis menggunakan dana yang berasal dari pajak-pajak rakyat itu untuk melakukan pencitraan diri para pejabat publik secara personal.

Dan ILM-ILM itu pun telah terdistorsi atau mungkin tak lagi memiliki tujuan sosial seperti pengertian ILM di atas. Semoga saja, ke depan para pejabat publik di negeri ini lebih menyadari bahwa pencitraan diri bukan hanya dengan sesering mungkin tampil di ruang publik melalui ILM. Tetapi yang jauh lebih penting, menunjukkan karya-karya dan pengabdian terbaik di tengah masyarakat.


RAC dan ARW

Interogasi_Ijazah_Palsu_Ratu_Atut_Chosiyah_di_Polda_Metro_Jaya,_2008

Interogasi_Ijazah_Palsu_Ratu_Atut_Chosiyah_di_Polda_Metro_Jaya,_2008
Interogasi_Ijazah_Palsu_Ratu_Atut_Chosiyah_di_Polda_Metro_Jaya,_2008

PPP (Partai Pelacur Politik) Bachtiar Chamsah & Surya Dharma Ali

PPP (Partai Pelacur Politik) Bachtiar Chamsah & Surya Dharma Ali
PPP (Partai Pelacur Politik) Bachtiar Chamsah & Surya Dharma Ali

Interogasi_Ijazah_Palsu_Ratu_Atut_Chosiyah_di_Polda_Metro_Jaya,_2008

Interogasi_Ijazah_Palsu_Ratu_Atut_Chosiyah_di_Polda_Metro_Jaya,_2008
Interogasi_Ijazah_Palsu_Ratu_Atut_Chosiyah_di_Polda_Metro_Jaya,_2008